Hajar Aswad: Batu Hitam yang Pernah Dicuri & Kembali ke Ka'bah
Assalamu’alaikum Sobat AMSA yang dirahmati Allah
Bayangkan sebuah batu kecil, hitam legam, terselip di sudut Ka'bah yang agung. Jutaan tangan mengulurkan doa, bibir menciuminya dengan penuh harap. Namun, tahukah kamu? Batu ini—Hajar Aswad—pernah hilang dari tempat sucinya selama lebih dari dua dekade.
Yuk, simak bersama kisah yang penuh hikmah dari Hajar Aswad, batu suci yang tak lekang oleh zaman.

Asal Usul Hajar Aswad
Dikisahkan hajar Aswad berasal dari surga, lalu diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Ismail yang kala itu sedang mencari batu penanda yang saat pembangunan ka’bah.
Awal mulanya batu tersebut dibawa oleh Nabi Adam AS digambarkan bahwa batu itu berwarna putih bahkan lebih putih dari susu, kemudian warnanya berubah menjadi hitam legam disebabkan oleh dosa-dosa manusia.
Batu ini ditempatkan di sudut tenggara Ka'bah dan menjadi titik awal serta akhir bagi ritual tawaf. Rasulullah ﷺ sendiri pernah mencium batu ini sebagai bentuk penghormatan, dan para sahabat mengikuti jejak beliau.
Pencurian Hajar Aswad oleh kaum Qaramithah
Pada tahun 317 Hijriah (sekitar 930 Masehi), dunia Islam dikejutkan oleh peristiwa tragis: sekte radikal bernama Qaramithah (al-Qaramitah) menyerang kota Mekkah. Mereka membantai jamaah haji di sekitar Ka'bah dan mencuri Hajar Aswad.
Batu itu dibawa ke markas mereka di Bahrain, dan hilang dari Ka'bah selama 22 tahun. Ka'bah berdiri dalam kesunyian — tanpa Hajar Aswad, tanpa ritual tawaf yang sempurna.
Para ulama dan penguasa Muslim saat itu berusaha keras untuk memulihkannya. Akhirnya, setelah negosiasi panjang dan tekanan dari dunia Islam, Qaramithah mengembalikan Hajar Aswad. Namun, batu tersebut telah pecah menjadi beberapa bagian kecil. Kini, batu-batu kecil itu ditempelkan bersama dalam bingkai perak yang kita lihat hari ini.
Makna di balik Hajar Aswad
Meskipun batu ini tidak memiliki kekuatan gaib, mencium atau menyentuh Hajar Aswad adalah bentuk keteladanan terhadap Rasulullah ﷺ. Umar bin Khattab RA bahkan berkata:
"Aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat memberi manfaat atau mudarat. Jika aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, aku tidak akan menciummu." (HR. Bukhari)
Hajar Aswad mengajarkan kita tentang ketaatan, ketundukan, dan semangat menjaga kesucian. Ia adalah simbol bahwa dalam Islam, bahkan benda mati pun bisa menjadi pengingat akan komitmen spiritual yang mendalam.
Kisah pencurian dan kembalinya Hajar Aswad menjadi pengingat bahwa bahkan tempat suci pun pernah mengalami ujian. Namun sebagaimana batu itu kembali, iman juga akan selalu menemukan jalannya pulang.
